Selasa, 15 November 2016

Posposisi, Partikel, Adjektiva Noun dan Verba Noun

POSPOSISI, PARTIKEL, ADJEKTIVA NOUN DAN VERBA NOUN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Morfologi adalah ilmu yang mempelajari morfem. Morfem sendiri dapat diartikan sebagai unsur bahasa yang mempunyai makna dan ikut mendukung makna sehingga melibatkan morfem bebas dan morfem terikat. Dalam morfologi terdapat kelas-kelas kata, dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
a. Kata Benda ( nomina ) Adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
b. Kata Kerja ( verba ) Adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kataini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat.
c. Kata Sifat ( adjektiva ) Adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.
d. Kata Keterangan ( adverbia ) Kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda.
e. Kata Ganti ( pronomia ) Kata pengganti kata benda.
f. Kata Bilangan ( numeralia ) Kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan.
g. Kata Tugas Adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok: preposisi (kata depan), konjungsi (kata sambung), artikula (kata sandang), interjeksi (kata seru), partikel.

Dalam bahasa Jepang, Kelas Kata (Hinshi) dibagi menjadi 9 yaitu:

1.   Kata Kerja 「動詞Dōshi
2.   Kata Sifat 「形容詞Keiyōshi
3.   Kata Benda 「名詞Meishi
4.   Kata Keterangan 「副詞Fukushi
5.   Kata Sambung 「接続詞Setsuzokushi
6.   Kata Penjelas 「連体詞Rentaishi
7.   Interjeksi 「感動詞Kandōshi             
8.   Verba bantu 「助動詞Jodōshi
9.   Partikel 「助詞Joshi
           

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Posposisi?
2.      Apa yang dimaksud dengan Joshi?
3.      Apa yang dimaksud dengan Adjektiva Noun?
4.      Apa yang dimaksud dengan Verba Noun?

1.3. Tujuan
1.      Memahami Posposisi
2.      Memahami Joshi
3.      Memahami Adjektiva Noun
4.      Memahami Verba Noun










BAB II
PEMBAHASAN

2.1Posposisi
            Dalam kajian tipologi bahasa disebutkan bahwa bahasa merupakan bahasa yang memiliki susunan beruntun Verba-Subjek-Objek. Struktur kalimat suatu bahasa berbeda-beda, begitu juga dengan struktur kalimat bahasa Jepang berbeda dengan struktur kalimat bahasa Indonesia.Bahasa memiliki susunan beruntun Verba-Objek-Subjek, bahasa memiliki susunan beruntun Subjek-Verba-Objek, bahasa memiliki susunan beruntun Subjek-Objek-Verba. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah hubungan susunan beruntun dengan preposisi dan posposisi?
Bahasa-bahasa yang memiliki susunan beruntun VSO, VOS, dan SVO merupakan bahasa yang memiliki preposisi, sedangkan bahasa-bahasa yang berpola SOV merupakan bahasa yang berposposisi. Tidak ada posposisi dalam bahasa yang memiliki susunan beruntun VSO dan VOS, tidak ada preposisi dalam bahasa yang memiliki susunan beruntun SOV (Song, 2001:3). Fakta ini sekaligus dapat menjawab pertanyaan mengapa sebuah bahasa tidak memiliki preposisi, tetapi memiliki posposisi dan sebaliknya. Tentu saja jawaban dari pertanyaan ini adalah sebagai berikut. (1) Sebuah bahasa memiliki preposisi karena bahasa tersebut memiliki susunan beruntun VSO atau VOS.(2) Sebuah bahasa memiliki posposisi karena bahasa tersebut memiliki susunan beruntun SOV.Posposisi dalam bahasa Jepang demikian banyaknya, Kata kerja, kata sifat, dan posposisi yangmerupakan unsur yang sangat penting dalam bahasa Jepang.
Posposisi adalah kategori yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang kategori lain terutama nomina dan menghubungkannya dengan   kata   lain   dengan ikatan eksosentris. Frase posposisi tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan kelas kata ini adalah bahasa Jepang. 
Pascaposisi dalam bahasa Jepang disebut kouchishi dan termasuk ke dalam kelompok joshi. Kridalaksana (2001: 176) mengatakan bahwa pasca posisi adalah adposisi atau bentuk pada bahasa yang berpola SOV terletak di belakang nomina dalam ikatan eksosentris, misalnya bahasa Jepang. Pemakaian istilah pascaposisi ini berdasarkan letak adposisi pada kalimat bahasa Jepang. Posposisi tidak dapat berdiri sendiri. Jika berdiri sendiri, maka tidak akan ada makna yang terkandung di dalamnya.
Menurut kelompok kami, posposisi dalam bahasa Jepang termasuk dalam kelompok joshi tetapi secara khusus biasanya terletak di belakang nomina (kata benda) dan membentuk ikatan eksosentris (tidak berinti).
Tsujimura (1997: 134) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang terdapat lima partikel, yaitu (1) nominatif, (2) akusatif, (3) datif , (4) genitif, dan (5) topik. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki posposisi, yaitu ’dengan’, ’ke’, ’dengan’, まで ’sampai’, danから ’dari’.
Contoh:
びょういん
ぎんこう
8時まで
から
           
2.2 Case Partikel (Joshi)
1.Pengertian Partikel (Joshi)
      Partikel adalah suatu huruf/kata yang berfungsi untuk menjelaskan suatu kalimat. Dalam bahasa Jepang, partikel disebut dengan Joshi (助詞). Istilah Joshi ditulis dengan dua huruf kanji. Kanji pertama dapat dibaca jo () yang artinya sama dengan membantu, sedangkan yang kedua dibaca shi () yang bermakna sama dengan kata, perkataan atau bahasa. Dari makna kedua kanji ini muncul pengertian Joshi sebagai kata bantu. Penerjemahan ini dapat diterima karena joshi sifat yang tidak bisa berdiri sendiri, sehingga berfungsi juga untuk membantu memperjelas makna kata lain.
     Partikel merupakan jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu dan menentukan; arti hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan (Sugihartono, 2001).
     Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partikel merupakan kata bantu yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Kedudukan partikel dalam ragam tulisan maupun lisan merupakan hal yang penting karena berfungsi menentukan makna.
2.Jenis-Jenis Partikel
     Partikel (kata bantu) merupakan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat dan biasanya mengikuti jenis kata yang lainnya. Ada beberapa jenis partikel seperti kaku-joshi, setsuzoku-joshi, fuku-joshi dan suu-joshi (Sutedi, 2002).
a.       Kaku-joshi 「格助詞」
     Kaku-joshi adalah partikel yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara suatu kata dengan kata lainnya dan untuk menyatakan hubungan antara subjek, objek dan predikatnya (Sutedi, 2002). Yang termasuk dalam partikel Kaku-joshi adalah partikel ga「が」, no「の」, wo「を」, ni「に」, he「へ」, de「で」, to「と」, ya「や」, yori「より」dan kara「から」.
b.     Setsuzoku-joshi「接続助詞
     Setsuzoku-joshi adalah partikel yang fungsinya sama dengan kata sambung (setszjokushi) yaitu digunakan untuk menyambungkan anak kalimat dengan anak kalimat atau kalimat dengan kalimat (Sutedi,2002). Yang termasuk dalam jenis partikel setsuzoku-joshi adalah te「て」, shi「し」, node「ので」, kara「から」, ba「ば」, noni「のに」, temo「ても」, nagara「ながら」, tari 「たり」.

c.     Fuku-joshi「副助詞」
     Fuku-joshi adalah partikel yang berfungsi untuk menerangkan kata yang diikutinya. Yang termasuk ke dalam jenis partikel fuku-joshi adalah wa「は」, mo「も」, nado「など」, gurai「ぐらい」, dake「だけ」, shika 「しか」.
d.    Shuu-joshi『終助詞』
     Shuu-joshi adalah partikel yang diletakkan di akhir kalimat berfungsi untuk menentukan makna dari kalimat yang diucapkan oleh pembicara. Yang termasuk ke dalam jenis partikel shuu-joshi adalah ka「か」, ne「ね」, yo「よ」, no「の」, kanaa「かなあ」, kashira「かしら」.

2.3 Adjective-noun
            Adjective-noun merupakan kata yang memiliki karakteristik baik sebagai kata sifat maupun kata benda. Dalam bahasa Jepang, adjective-noun dikelompokkan menjadi kata sifat なーけいよおし kerena perubahannya mirip dengan kata benda. Sifatnya sama dengan kata sifat, tapi dia mengubah kata benda yang mengikutinya. Sebagai kata sifat, biasanya mereka akan ditambahkan keterangan frekuensi (adverb).
Contoh: Kata きれいーな: sebagai kata sifat, dapat ditambahkan kata とても(sangat). Seperti dalam kalimat: とてもきれいなかばんですね。
                                            Sebagai kata benda, dapat ditambahkan afiks di belakangnya. Seperti: きれいだった。



Kata adjectiva-noun itu seperti kata sifat maupun kata benda, tapi diubah oleh kata keterangan. Seperti di bawah ini:
                        Noun                           adjectival-noun
a. non-past       本だ                            きれいだ
b. non-past neg本じゃない               きれいじゃない
c. past              本だった                    きれいだった
d. past neg       本じゃなかった        きれいじゃなかった
e. tentative      本だろう                    きれいだろう
            Jika kita masukkan kata sifat i-keyoshi ke dalam contoh,
a. non-past       大きい                                   
b. non-past neg大きくない              
c. past              大きかった               
d. past neg       大きくなかった       
e. tentative      大きいだろう
            Akan terlihat bahwa adjectiva noun lebih menyerupai kata benda dibandingkan dengan kata sifat.Sehingga disebutlah sebagai kata benda.
            Akan tetapi, Adjectiva Noun tidak dapa bergabung dengan kata ambung lain seperti yang bisa dilakukan oleh kata benda. Karena:
1.      Apabila adjectiva noun berperan sebagai kata benda, - ditambahkan untuk menyatakan hubungan kata sifat dan kata benda menjadi satu kesatuan.
2.      Adjectiva Noun tidak dapat didampingi oleh case partikel (contoh きれい が、きれい を:tidak pernah digunakan)
3.      Bila kata benda dapat dibubuhi kata tunjuk (その、この), kata adjectiva noun tidak dapat dibubuhi kata tunjuk.

a.       この 本              vs                この きれい
b.      その かばん      vs                その べんり

2.4 Verb-noun
            Verb-noun dalam bahasa Jepang merupakan kata dapat menjadi kata kerja maupun kata benda tergantung dari obyek, predikat, atau afiksnya. Seperti halnya adjectival noun, Verb Noun juga mewakili dua kegunaan, sebagai verba maupun sebagai kata benda.
            Verba Noun bahasa Jepang banyak yang berasal dari kata campuran bahasa Sino-Jepang, kemudian pada kata yang berasal dari bahasa asing, serta deverbal noun( kata benda yang berasal dari kata kerja dan biassanya dibubuhi afiks)
a.       Sino-Japanese        べんきょう   
りょこう
けんきゅう
            bBahasa Inggris      キス
                                                デート
                                                ジョギング
            Verbal Noun dapan dibubuhi kata tunjuk その dan このserta ditandai oleh case partikel.
Contoh:
            あの けんきゅう が たなかせんせい を ゆうめいにした。(Penelitian membuat Tuan Tanaka terkenal)
                        あの けんきゅう が= Nomina
                        たなかせんせい を    = Objek
                        ゆうめいにした            = menjadi (bentuk lampau)
                       
Verbal Noun sering muncul dengan kata kerja する. Jika ini terjadi , verbal noun dikategorikan sebagai verba(kata kerja).
たろお が すうがく を 2時間 べんきょうした。(Taro belajar matematika selama 2 jam
                        たろお が                            = Nomina
                        すうがく を                        = Objek
                        2時間 べんきょうした    = Melakukan                                      
                       
Kesimpulan.
Contoh: べんきょう
sebagai kata benda dapat ditambahkan kata benda lain di depannya. Seperti dalam kalimat: けいざいのべんきょう (pelajaran Ekonomi).
                                    Sebagai kata kerja dapat ditambahkan しますatau するdi belakangnya. Seperti: りかさんは いま べんきょうします。




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Posposisi dalam bahasa Jepang termasuk dalam kelompok joshi tetapi secara khusus biasanya terletak di belakang nomina (kata benda) dan membentuk ikatan eksosentris (tidak berinti). Tsujimura (1997: 134) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang terdapat lima partikel, yaitu (1) nominatif, (2) akusatif, (3) datif , (4) genitif, dan (5) topik. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki posposisi, yaitu ’dengan’, ’ke’, ’dengan’, まで ’sampai’, danから ’dari’.
            Partikel merupakan kata bantu yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Ada beberapa jenis partikel seperti kaku-joshi, setsuzoku-joshi, fuku-joshi dan suu-joshi.
Adjective-noun merupakan kata yang memiliki karakteristik baik sebagai kata sifat maupun kata benda. Dalam bahasa Jepang, adjective-noun dikelompokkan menjadi kata sifat なーけいよおし kerena perubahannya mirip dengan kata benda. Sifatnya sama dengan kata sifat, tapi dia mengubah kata benda yang mengikutinya. Sebagai kata sifat, biasanya mereka akan ditambahkan keterangan frekuensi (adverb).
Verba noun adalah kata yang dapat menjadi kata benda maupun kata kerja. Apabila ditambahkan dengan morfem するmaka kelasnya akan berubah menjadi kata kerja.

3.2  Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan tentang posposisi, jooshi, adjektiva noun dan verba noun.





DAFTAR PUSTAKA

Alim, Burhanuddin. 2014. Ayo Belajar Bahasa Jepang. Yogyakarta: Graha Ilmu PDF. grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-202-4-1217.pdf. Diakses 5 Oktober 2015 pukul 21.20

Purnawati, Ketut Widya. dalam skripsi "Interaksi Oblik dengan Topik dalam Bahasa Jepang"

Sari, Silvia Purnama.2012. dalam skripsi "Analisisi Makna Pascaposisi Ni dalam Novel Kitchin Karya Banana Yoshimoto"

Sujimura, Natsuko. 1997. An Inroduction to Japanese Linguistics. Massachusetts, USA: Blackwell Publishers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar