POSPOSISI, PARTIKEL,
ADJEKTIVA NOUN DAN VERBA NOUN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu yang
mempelajari morfem. Morfem sendiri dapat diartikan sebagai unsur bahasa yang
mempunyai makna dan ikut mendukung makna sehingga melibatkan morfem bebas dan morfem
terikat. Dalam morfologi terdapat kelas-kelas kata, dalam
tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu:
a. Kata Benda ( nomina ) Adalah
kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan.
b. Kata Kerja ( verba ) Adalah
kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya. Jenis kataini biasanya menjadi predikat dalam suatu
frasa atau kalimat.
c. Kata Sifat ( adjektiva ) Adalah
kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya
atau membuatnya menjadi lebih spesifik.
d. Kata Keterangan ( adverbia )
Kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda.
e. Kata Ganti ( pronomia ) Kata
pengganti kata benda.
f. Kata Bilangan ( numeralia ) Kata
yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu
deretan.
g. Kata Tugas Adalah jenis kata di
luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima
subkelompok: preposisi (kata depan), konjungsi (kata sambung), artikula (kata
sandang), interjeksi (kata seru), partikel.
Dalam bahasa Jepang, Kelas Kata (Hinshi) dibagi menjadi 9 yaitu:
1. Kata Kerja 「動詞Dōshi」
2. Kata Sifat 「形容詞Keiyōshi」
3. Kata Benda 「名詞Meishi」
4. Kata Keterangan 「副詞Fukushi」
5. Kata Sambung 「接続詞Setsuzokushi」
6. Kata Penjelas 「連体詞Rentaishi」
7. Interjeksi 「感動詞Kandōshi」
8.
Verba bantu 「助動詞Jodōshi」
9.
Partikel 「助詞Joshi」
1.2.Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Posposisi?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Joshi?
3.
Apa
yang dimaksud dengan Adjektiva Noun?
4.
Apa
yang dimaksud dengan Verba Noun?
1.3.
Tujuan
1.
Memahami
Posposisi
2.
Memahami
Joshi
3.
Memahami
Adjektiva Noun
4.
Memahami
Verba Noun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Posposisi
Dalam kajian tipologi bahasa
disebutkan bahwa bahasa merupakan bahasa yang memiliki susunan beruntun Verba-Subjek-Objek. Struktur kalimat suatu bahasa
berbeda-beda, begitu juga dengan struktur kalimat bahasa Jepang berbeda dengan
struktur kalimat bahasa Indonesia.Bahasa memiliki susunan beruntun Verba-Objek-Subjek,
bahasa memiliki susunan beruntun Subjek-Verba-Objek, bahasa memiliki susunan
beruntun Subjek-Objek-Verba. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah hubungan
susunan beruntun dengan preposisi dan posposisi?
Bahasa-bahasa yang memiliki susunan
beruntun VSO, VOS, dan SVO merupakan bahasa yang memiliki preposisi, sedangkan
bahasa-bahasa yang berpola SOV merupakan bahasa yang berposposisi. Tidak ada
posposisi dalam bahasa yang memiliki susunan beruntun VSO dan VOS, tidak ada
preposisi dalam bahasa yang memiliki susunan beruntun SOV (Song, 2001:3). Fakta
ini sekaligus dapat menjawab pertanyaan mengapa sebuah bahasa tidak memiliki
preposisi, tetapi memiliki posposisi dan sebaliknya. Tentu saja jawaban dari
pertanyaan ini adalah sebagai berikut. (1) Sebuah bahasa memiliki preposisi
karena bahasa tersebut memiliki susunan beruntun VSO atau VOS.(2) Sebuah bahasa
memiliki posposisi karena bahasa tersebut memiliki susunan beruntun SOV.Posposisi dalam bahasa Jepang
demikian banyaknya, Kata kerja, kata sifat, dan posposisi yangmerupakan unsur
yang sangat penting dalam bahasa Jepang.
Posposisi
adalah kategori yang penghubungnya menduduki posisi
di bagian belakang kategori
lain terutama
nomina
dan
menghubungkannya
dengan kata lain
dengan ikatan eksosentris. Frase posposisi tidak terdapat di
dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan kelas kata ini adalah bahasa Jepang.
Pascaposisi dalam bahasa Jepang disebut kouchishi dan termasuk ke dalam kelompok joshi. Kridalaksana (2001: 176) mengatakan bahwa pasca posisi adalah adposisi atau bentuk pada bahasa yang berpola SOV terletak di belakang nomina dalam ikatan eksosentris, misalnya bahasa Jepang. Pemakaian istilah pascaposisi ini berdasarkan letak adposisi pada kalimat bahasa Jepang. Posposisi tidak dapat berdiri sendiri. Jika berdiri sendiri, maka tidak akan ada makna yang terkandung di dalamnya.
Menurut kelompok kami, posposisi dalam bahasa Jepang termasuk dalam kelompok joshi tetapi secara khusus biasanya terletak di belakang nomina (kata benda) dan membentuk ikatan eksosentris (tidak berinti).
Tsujimura (1997: 134) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang terdapat lima partikel, yaitu (1)
nominatifが, (2)
akusatifを, (3) datif に, (4) genitifの, dan (5) topikは. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki posposisi, yaituで ’dengan’, へ ’ke’, と ’dengan’, まで ’sampai’,
danから ’dari’.
Contoh:
びょういんで
ぎんこうへ
母と
8時まで
海から
2.2
Case Partikel (Joshi)
1.Pengertian Partikel (Joshi)
Partikel
adalah suatu huruf/kata yang berfungsi untuk menjelaskan suatu kalimat. Dalam
bahasa Jepang, partikel disebut dengan Joshi (助詞). Istilah Joshi ditulis dengan dua
huruf kanji. Kanji pertama dapat dibaca jo (助) yang artinya sama dengan membantu,
sedangkan yang kedua dibaca shi (詞)
yang bermakna sama dengan kata, perkataan atau bahasa. Dari makna kedua kanji
ini muncul pengertian Joshi sebagai kata bantu. Penerjemahan ini dapat diterima
karena joshi sifat yang tidak bisa berdiri sendiri, sehingga berfungsi juga
untuk membantu memperjelas makna kata lain.
Partikel
merupakan jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri
sendiri yang memiliki fungsi membantu dan menentukan; arti hubungan, penekanan,
pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam
lisan maupun ragam tulisan (Sugihartono, 2001).
Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partikel merupakan kata bantu yang
tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Kedudukan partikel dalam ragam
tulisan maupun lisan merupakan hal yang penting karena berfungsi menentukan
makna.
2.Jenis-Jenis Partikel
Partikel
(kata bantu) merupakan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat
dan biasanya mengikuti jenis kata yang lainnya. Ada beberapa jenis partikel
seperti kaku-joshi, setsuzoku-joshi, fuku-joshi dan suu-joshi (Sutedi, 2002).
a. Kaku-joshi 「格助詞」
Kaku-joshi adalah partikel yang digunakan untuk menyatakan hubungan
antara suatu kata dengan kata lainnya dan untuk menyatakan hubungan antara
subjek, objek dan predikatnya (Sutedi, 2002). Yang termasuk dalam partikel
Kaku-joshi adalah partikel ga「が」,
no「の」, wo「を」, ni「に」, he「へ」, de「で」, to「と」, ya「や」, yori「より」dan kara「から」.
b. Setsuzoku-joshi「接続助詞
Setsuzoku-joshi adalah partikel yang
fungsinya sama dengan kata sambung (setszjokushi) yaitu digunakan untuk
menyambungkan anak kalimat dengan anak kalimat atau kalimat dengan kalimat
(Sutedi,2002). Yang termasuk dalam jenis partikel setsuzoku-joshi adalah te「て」, shi「し」, node「ので」, kara「から」, ba「ば」, noni「のに」, temo「ても」, nagara「ながら」, tari 「たり」.
c. Fuku-joshi「副助詞」
Fuku-joshi adalah partikel yang berfungsi
untuk menerangkan kata yang diikutinya. Yang termasuk ke dalam jenis partikel
fuku-joshi adalah wa「は」,
mo「も」, nado「など」, gurai「ぐらい」, dake「だけ」, shika 「しか」.
d. Shuu-joshi『終助詞』
Shuu-joshi adalah partikel yang diletakkan
di akhir kalimat berfungsi untuk menentukan makna dari kalimat yang diucapkan
oleh pembicara. Yang termasuk ke dalam jenis partikel shuu-joshi adalah ka「か」, ne「ね」, yo「よ」, no「の」, kanaa「かなあ」, kashira「かしら」.
2.3 Adjective-noun
Adjective-noun
merupakan kata yang memiliki karakteristik baik sebagai kata sifat maupun kata
benda. Dalam bahasa Jepang, adjective-noun dikelompokkan menjadi kata sifat なーけいよおし kerena
perubahannya mirip dengan kata benda. Sifatnya sama dengan kata sifat, tapi dia
mengubah kata benda yang mengikutinya. Sebagai kata sifat, biasanya mereka akan
ditambahkan keterangan frekuensi (adverb).
Contoh: Kata きれいーな:
sebagai kata sifat, dapat ditambahkan kata とても(sangat). Seperti dalam kalimat: とてもきれいなかばんですね。
Sebagai
kata benda, dapat ditambahkan afiks di belakangnya. Seperti: きれいだった。
Kata adjectiva-noun itu seperti kata sifat maupun
kata benda, tapi diubah oleh kata keterangan. Seperti di bawah ini:
Noun adjectival-noun
a. non-past 本だ きれいだ
b. non-past neg本じゃない きれいじゃない
c. past 本だった きれいだった
d. past neg 本じゃなかった きれいじゃなかった
e. tentative 本だろう きれいだろう
Jika
kita masukkan kata sifat i-keyoshi ke dalam contoh,
a. non-past 大きい
b. non-past neg大きくない
c. past 大きかった
d. past neg 大きくなかった
e. tentative 大きいだろう
Akan
terlihat bahwa adjectiva noun lebih menyerupai kata benda dibandingkan dengan
kata sifat.Sehingga disebutlah sebagai kata benda.
Akan tetapi, Adjectiva Noun tidak dapa bergabung dengan kata ambung lain seperti
yang bisa dilakukan oleh kata benda. Karena:
1. Apabila adjectiva noun berperan sebagai kata benda, -な ditambahkan untuk menyatakan hubungan kata sifat dan
kata benda menjadi satu kesatuan.
2. Adjectiva Noun tidak dapat didampingi oleh case partikel
(contoh きれい が、きれい を:tidak pernah digunakan)
3. Bila kata benda dapat dibubuhi kata tunjuk (その、この), kata adjectiva noun tidak dapat dibubuhi kata
tunjuk.
a. この 本 vs この きれい
b.
その かばん vs その べんり
2.4 Verb-noun
Verb-noun
dalam bahasa Jepang merupakan kata dapat menjadi kata kerja maupun kata benda
tergantung dari obyek, predikat, atau afiksnya. Seperti halnya adjectival noun,
Verb Noun juga mewakili dua kegunaan, sebagai verba maupun sebagai kata benda.
Verba
Noun bahasa Jepang banyak
yang berasal dari kata campuran bahasa Sino-Jepang, kemudian pada kata yang
berasal dari bahasa asing, serta deverbal noun( kata benda yang berasal dari
kata kerja dan biassanya dibubuhi afiks)
a.
Sino-Japanese べんきょう
りょこう
けんきゅう
b。Bahasa Inggris キス
デート
ジョギング
Verbal Noun dapan dibubuhi kata tunjuk その
dan このserta ditandai oleh case partikel.
Contoh:
あの けんきゅう が たなかせんせい を ゆうめいにした。(Penelitian membuat Tuan Tanaka terkenal)
あの けんきゅう が= Nomina
たなかせんせい を = Objek
ゆうめいにした = menjadi (bentuk
lampau)
Verbal
Noun sering muncul dengan kata kerja する.
Jika ini terjadi , verbal noun dikategorikan sebagai verba(kata kerja).
たろお が すうがく を 2時間 べんきょうした。(Taro belajar matematika selama 2 jam)
たろお が =
Nomina
すうがく を =
Objek
2時間 べんきょうした = Melakukan
Kesimpulan.
Contoh: べんきょう
sebagai kata benda dapat ditambahkan kata benda lain
di depannya. Seperti dalam kalimat: けいざいのべんきょう
(pelajaran Ekonomi).
Sebagai
kata kerja dapat ditambahkan しますatau
するdi belakangnya. Seperti:
りかさんは
いま
べんきょうします。
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Posposisi dalam bahasa Jepang termasuk dalam kelompok joshi tetapi secara khusus biasanya terletak di belakang nomina (kata benda) dan membentuk ikatan eksosentris (tidak berinti). Tsujimura (1997: 134) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang terdapat lima partikel, yaitu (1)
nominatifが, (2)
akusatifを, (3) datif に, (4) genitifの, dan (5) topikは. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki posposisi, yaituで ’dengan’, へ ’ke’, と ’dengan’, まで ’sampai’,
danから ’dari’.
Partikel
merupakan kata bantu yang tidak bisa berdiri sendiri dalam suatu kalimat. Ada
beberapa jenis partikel seperti kaku-joshi, setsuzoku-joshi, fuku-joshi dan
suu-joshi.
Adjective-noun merupakan kata yang
memiliki karakteristik baik sebagai kata sifat maupun kata benda. Dalam bahasa
Jepang, adjective-noun dikelompokkan menjadi kata sifat なーけいよおし kerena perubahannya mirip dengan
kata benda. Sifatnya sama dengan kata sifat, tapi dia mengubah kata benda yang
mengikutinya. Sebagai kata sifat, biasanya mereka akan ditambahkan keterangan
frekuensi (adverb).
Verba noun adalah kata yang dapat
menjadi kata benda maupun kata kerja. Apabila ditambahkan dengan morfem するmaka kelasnya akan
berubah menjadi kata kerja.
3.2 Saran
Semoga
dengan makalah ini pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan tentang
posposisi, jooshi, adjektiva noun dan verba noun.
DAFTAR
PUSTAKA
Alim, Burhanuddin. 2014. Ayo Belajar
Bahasa Jepang. Yogyakarta: Graha Ilmu PDF. grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-202-4-1217.pdf. Diakses
5 Oktober 2015 pukul 21.20
Purnawati, Ketut Widya. dalam skripsi "Interaksi
Oblik dengan Topik dalam Bahasa Jepang"
Sari, Silvia Purnama.2012. dalam skripsi
"Analisisi Makna Pascaposisi Ni dalam Novel Kitchin Karya Banana
Yoshimoto"
Sujimura,
Natsuko. 1997. An Inroduction to Japanese Linguistics. Massachusetts,
USA: Blackwell Publishers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar